Jumat, 04 Juli 2014

Jauh

Hari ini sangat melelahkan, sekaligus melegakan. Karena hari ini ujian final telah usai. Tidak terasa aku akan menginjak semester kedua. Waktu memang berjalan begitu cepat. Perasaan baru kemarin aku menginjakkan kaki di kampus, mengenal orang-orang baru, mempelajari banyak hal yang baru, dan masih banyak lagi pengalaman serta pengetahuan baru yang  aku dapatkan selama semester satu ini. Dan sekarang semester satu sudah hampir selesai.

Dua puluh menit lagi aku sampai dirumah. Sambil menikmati perjalanan aku mencoba mencari ide untuk membuat cerpen. Beberapa saat aku berpikir.Tapi tak satupun ide yang muncul di kepalaku. Malah aku memikirkan sesuatu yang sudah lama aku kubur jauh dari ingatanku. Aku pikir aku sudah melupakannya. Karena aku sudah tidak pernah memikirkannya lagi. Tapi kenapa bayangnya tiba-tiba muncul dalam ingatanku saat ini.

Tujuh tahun. Tidak terasa sudah tujuh tahun lebih aku tidak bertemu dengan dia. Dan selama itu pula aku telah berusaha melupakannya. Bayangnya pun telah terganti oleh bayang-bayang bintang lain. Di mimpiku dia juga tak pernah hadir lagi. Aku menutup mata berharap bayangannya menghilang. Tapi saat aku membuka mata, aku justru semakin memikirkannya.

Wajah, senyuman, dan tatapan matanya yang hangat. Terus memenuhi pikiranku. Aku menyukainya sejak pertama kali aku melihatnya. Entah dihari keberapa sejak aku pindah sekolah dan sekelas dengannya. Semua masih tampak jelas di ingatanku.

Aku masih ingat salah satu kenangan saat bersamanya dulu. Waktu itu kami sedang kerja bakti di sekolah. Saat aku sedang membersihkan kaca sendirian, tiba-tiba dia muncul di hadapanku dan membersihkan kaca bagian luar yang sedang aku bersihkan. Bak adegan di film atau sinetron. Jarak kita begitu dekat. Hanya dibatasi oleh kaca. Saat aku menatapnya, dia tersenyum. Lalu mengalihkan tatapannya ke kaca yang dia bersihkan. Aku merasakan suatu getaran yang aneh dihatiku. Karena malu dan takut dia sadar kalau aku terus menatapnya, akhirnya aku pindah ke kaca yang lain. Walau dalam hati aku berharap moment itu tidak cepat berakhir.

Seiring berjalannya waktu, aku terus memendam perasaanku. Hingga kami lulus dan masuk di SMP yang berbeda. Walau kadang tanpa sengaja aku bertemu dengannya di angkot, tapi sudah tidak ada lagi canda maupun tawa di antara kami. Sapaanpun tak ada. Kami seperti orang yang tak pernah saling mengenal. Tapi rasa itu tak pernah hilang. Bahkan hingga kini, di saat  aku telah menginjak bangku kuliah. Aku tetap menyukainya. Bagiku dia bukan hanya sekedar cinta monyet seperti yang banyak dikatakan orang. Dia adalah cinta pertama yang tak tergantikan.

Aku berbalik untuk merasakan hembusan angin dari jendela mobil. Seketika aku terpana. Nafasku terasa sesak, jantungku berdetak lebih cepat, perasaan itu hadir lagi. “ Oh tuhan, apakah ini sebuah kebetulan?” Ucapku dalam hati. “Kenapa dia hadir di hadapanku ketika aku sedang memikirkannya?” Mataku terus memandang sosoknya yang mungkin hanya beberapa meter jaraknya dari angkot yang aku tumpangi. Dekat. Jarak kita memang dekat. Tapi kita tetap jauh. Sejak dulu, sekarang, dan mungkin selamanya. Aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Kini dia berlalu bersama terbenanmnya senja. Dia  semakin menjauh hingga dia benar-benar menghilang dari pandanganku. Dia hadir hanya dalam waktu yang begitu singkat. Tapi kehadirannya menyadarkanku kalau perasaanku padanya masih ada dan tak berubah. Aku belum benar-benar melupakannya. Dia masih ada bahkan setelah tujuh tahun berlalu.

First love is never die, mungkin kata-kata itu memang benar. Karena cinta pertama memang tak pernah terganti meski hanya sebuah rasa yang terpendam.

Selesai




-WS-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar