Fenomena yang terjadi saat ini dalam industri
pertelevisian Indonesia telah mengalami krisis kreativitas. Televisi hanya
mengejar rating dan keuntungan, tapi tidak memperhatikan mutu dan kualitas dari
acara-acara yang ditayangkan. Sering kali kita melihat jika di salah satu
stasiun TV mempunyai program acara yang memiliki rating tinggi dan banyak
diminati masyarakat, maka stasiun TV lain akan berlomba membuat kemasan acara
yang sama dengan judul berbeda. Seakan para kru dan tim kreatif acara tersebut
tidak memiliki ide yang baru untuk membuat program acara lain yang berbeda.
Akhirnya acara tersebut terkesan asal-asalan dan tidak memperhatikan unsur
pendidikan, etika, maupun budaya bangsa kita. Dan pastinya sangat tidak layak
untuk disaksikan.
Salah satu program acara televisi yang banyak menuai
kritik dan kontra dari masyarakat karena dianggap tidak layak untuk di tonton
yaitu reality show. Dari beberapa
artikel yang saya baca di internet dan dari hasil pengamatan saya sendiri, reality
show yang ada saat ini hanya temanya saja yang bertajuk reality tapi isinya
sudah bukan lagi reality. Alias sudah di rekayasa dan dibuat seolah-olah nyata,
padahal pembuatannya menggunakan scenario dan penyutradaraan serta melibatkan
pemain bayaran.
Kalau sudah begitu lalu apa bedanya reality show dengan
sinetron? Kenapa dinamakan reality show, kalau isinya bukan realitas? Kenapa
sutradara dan kru-nya tidak membuat sinetron saja? Hal tersebut dilakukan tidak
lain karena alassan untuk menghibur dan mendapatkan rating yang tinggi.
Acara
realitas (bahasa Inggris: reality show) adalah
genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang
seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya
khalayak umum biasa, bukan pemeran. Acara realitas umumnya
menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di
lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi
tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik
pascaproduksi lainnya. Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti
persaingan, problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian
bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status
seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang
kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil. ( sumber : Wikipedia
bahasa Indonesia).
Tapi
pada kenyataannya reality show yang ada saat ini sudah banyak melenceng dari
yang seharusnya. Bahkan yang terbaru reality show dibuat hanya untuk
kepentingan politik. Seperti reality show mewujudkan mimpi indonesia yang
tayang di stasiun RCTI. Semua orang yang melihat tayangan ini pasti sudah tau
kalau acara tersebut hanya untuk mendongkark popularitas dari Wiranto dan Hari
Tanoesoedibjo yang berniat mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres pada
pemilu 2014. Acara tersebut juga sudah pernah ditegur oleh KPI pada bulan februari
lalu. Karena salah satu episodenya menampilkan Wiranto yang menyamar sebagai
tukang becak di kota Solo.
"KPI menilai bahwa program siaran tersebut
telah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran
bersangkutan dan/atau kelompoknya. Hary Tanoesoedibjo selaku pemilik lembaga
penyiaran adalah Ketua Pertimbangan dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu)
Partai Hanura. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas
perlindungan kepentingan publik," isi Teguran Tertulis tertanggal 12
Februari yang tertera dalam situs resmi KPI.
Dan dari pengamatan yang saya lakukan pada jumat 16 Mei
2014, acara mewujudkan mimpi Indonesia sudah tidak lagi menampilkan dua figur
tersebut.
Pada
17 Mei 2014 kemarin saya juga menyaksikan acara super trap yang tayang di Trans
TV. acara ini bertema rekayasa jebakan dan bertujuan untuk menghibur atau
membuat orang tertawa. Tapi, saat menonton acara tersebut menurut saya sama
sekali tidak lucu dan tidak membuat saya tertawa. Pada segmen pertama acara
tersebut menampilkan duo sabun colek dan kelompok pecinta alam yang mengikuti
semacam latihan kepolisian. Lalu mereka tidak menyadari kalau sedang dikerjain.
Begitu pun pada segmen berikutnya yang menampilkan Saipul Jamil dan pejalan
kaki yang dijebak dan dikejutkan oleh segerombolan orang yang berpenampilan
seperti bayi mengerubunginya. Dan Setelah tahu dikerjain, ekspresi mereka biasa
saja dan kelihatan kalau itu sduah pakai scenario. Benar-benar tidak kreatif
dan lebay. Tujuannya untuk menghibur, tapi saya tidak merasa terhibur malah
saya merasa geli sendiri ketika menonton acara tersebut.
reality show tersebut sebenarnya sudah pernah mendapat
teguran oleh KPI. Karena salah satu episodenya yang tayang pada tahun 2012
dinilai tidak etis, tidak bermoral dan melanggar privasi karena memasang kamera
tersembunyi di toilet. yang sudah jelas tertulis pada PERATURAN
KOMISI PENYIARAN INDONESIA terbaru yakni Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang PEDOMAN
PERILAKU PENYIARAN pada Bagian Keenam tentang Perekaman Tersembunyi Program
Nonjurnalistik pada pasal 32 disebutkan: Lembaga penyiaran yang melakukan
peliputan program nonjurnalistik dengan menggunakan rekaman tersembunyi wajib
mengikuti ketentuan sebagai berikut:a. tidak untuk merugikan pihak tertentu;b.
jika usaha perekaman tersembunyi diketahui oleh orang yang menjadi objek dalam
perekaman, maka perekaman tersembunyi wajib dihentikan sesuai dengan
permintaan;c. tidak disiarkan apabila orang yang menjadi objek dalam perekaman
menolak hasil rekaman untuk disiarkan;d. tidak disiarkan secara langsung; dan
e. tidak melanggar privasi orang-orang yang kebetulan terekam.
Memang
sudah banyak reality show yang ditegur dan dihentikan penayangannya oleh KPI
seperti reality show termehek-mehek (Trans TV), tukar nasib (SCTV), Play boy
kabel (SCTV), dan masih banyak lagi. Harusnya hal itu menjadi pelajaran bagi
stasiun-stasiun televis dalam membuat tayangan yang tidak hanya mengejar
rating. Tapi juga memikirkan dampak sosial serta mematuhi aturan-aturan yang
ada. Dengan banyaknya pengalaman dari stasiun-staiun televisi tersebut harusnya
mereka sudah bisa memilah mana tayangan yang layak di pertontonkan mana yang
tidak.
Sebenarnya
masih ada juga acara reality show yang lebih layak di tonton seperti Bedah
rumah. Tapi acara tersebut sudah lama hilang dari layar kaca, apalagi kalau
bukan karena rating.
Masih
banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk menghibur masyarakat melalui
televisi dan acara reality show. Banyak cerita-serita yang inspiratif
dimasyarakat yang lebih layak diangkat ke
dalam acara reality show.