Perjalananmu
hari ini masih sama seperti kemarin dan hari-hari sebelumnya. Setiap detik yang
kau lalui hanya untuk memunguti sisa-sisa kenangan yang tersimpan dalam memori
otakmu. Ada banyak peristiwa yang terekam, namun yang berseliweran di sana
hanya ada satu nama. Satu nama yang tiap kali kau mengingatnya akan membuat jantungmu
bekerja berkali-kali lipat dari biasanya. Satu nama yang melahirkan sebuah rasa
yang selalu memaksamu mengesampingkan logika. Rasa yang menumbuhkan berjuta
harapan dan membuatmu melayang karena pesonanya. Rasa yang setiap getarnya
selalu berbuah rindu akan hadirnya.
Namun,
kini tiap detik yang menggetarkanmu itu, ada sembilu di sana yang mengiris-iris
harapanmu. Ada perih yang tak tertahankan kau rasa. Bagai ribuan jarum yang
menusuk-nusuk relung hatimu. Hingga mimpi yang menggunung tadi hancur, lebur
menjadi buih. Yang tersisa hanya butiran-butiran bening yang mengalir dari
sudut matamu.
Kau
melewati waktumu entah sudah sekian ratus jam. Tapi hanya ragamu saja yang
menjalaninya. Sedang nyawamu tertinggal pada satu titik di mana
kenangan-kenangan itu berada. Kau hidup dengan jiwa yang rapuh. Dalam dunia
yang sunyi di tengah keramaian hari. Menyusuri lorong-lorong labirin kehidupan
yang gulita. Hampa selalu menyergapmu. Kau pun terpojok di sudut kepasrahan.
Kau hanya menjalani waktu yang diberikan tuhan padamu. Berharap kehidupan yang
gersang ini akan segera berakhir. Kau tak mencoba mengakhiri hidup ini sendiri,
kau hanya menunggu kapan dia akan memanggilmu. Karena dengan begitu kau tetap
bisa menemukan kenanganmu, meskipun perih itu selalu datang bersama ingatanmu.
Kau
masih menjalani rutinitasmu. Tampak normal, meskipun kau lelah. Kau tetap
tersenyum pada siapa saja yang kau temui. Walau kadang kau menangis di depan
mereka tanpa mereka ketahui. Kau ternyata sangat pandai berakting. Tidak. Kau bukan
pandai. Kau memang hanya menjalankan peranmu di dunia yang toh tak seorang pun
yang ingin peduli. Bukankah dunia ini memang hanyalah sebuah panggung sandiwara
di mana setiap orang hanya melakoni perannya masing-masing? Harusnya kau sudah
mendapatkan penghargaan tertinggi atas prestasimu yang telah memainkan peranmu
dengan sangat apik, hingga tak seorangpun yang tahu bahwa kau benar-benar hanya
sedang berakting.
Tak
ada yang bertanya bagaimana hari-hari yang kau lalui. Tak ada yang ingin tahu
apa saja yang kau lakukan. Apakah kau sudah makan atau belum? Kenapa kau murung?
Atau kemana saja kau hari ini? Karena itu, yang kau lakukan hanya mengingat dan
mengenang masa lalu. Karena di masa lalu kau bisa menemukan apa pun yang kau
cari. Selalu ada perhatian kecil darinya yang selalu menerbitkan senyum
manismu. Walau hanya ada rasa getir yang kau rasakan kini saat mengingatnya.
Dirimu
memang telah hilang bersama waktu yang telah berlalu. Bahagiamu telah lama
lenyap bersama terbenamnya mentari di suatu senja. Tapi kenangan yang kau
jalani selalu hidup dalam kepingan-kepingan harapan yang telah berusaha kau
susun kembali. Meskipun takkan pernah utuh lagi. Aku tahu betul apa yang kau
rasakan itu. Karena dirimu adalah aku. Kita kini hanyalah sepotong raga tanpa
jiwa yang merana.
23.30
Rabu,
29 april 2015
Dari
sebongkah hati yang rapuh, kehilangan unsur hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar