Sabtu, 15 November 2014

Arti Dan Pentingnya Pembukaan Diri

Arti Dan Pentingnya Pembukaan Diri
       1.        Pengertian Membuka diri
Sebagian besar kegiatan komunikasi antar pribadi selalu dimulai dengan kontak disusul dengan interaksi, lalu komunikasi dan terakhir transaksi pesan. Membuka diri adalah awal dari kontak antarpribadi (Alo Liliweri, 2002).
Menurut Johnson pembukaan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberi informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain tentang perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Johnson, 1981).
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka terhadap orang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang bisa berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain. sebagaimana tampak dalam skema berikut:
Menyadari diri sendiri, siapa saya, seperti apa saya. + Menerima diri sendiri, menyadari aneka kekuatan dan kemampuan saya. + Mempercayai anda untuk menerima dan mendukung saya, bersikap terbuka dengan saya. = Bersikap terbuka kepada anda, membagikan aneka gagasan dan perasaan saya,  dan membiarkan anda tahu siapa saya. + Menyadari orang lain, siapa anda, seperti apa diri anda. + Menerima diri anda, menyadari aneka kekuatan dan kemampuan anda. + Dapat dipercaya dengan cara menerima dan mendukung anda, bekerja sama dengan anda, bersikap terbuka dengan anda. = Bersikap terbuka bagi anda, menunjukkan perhatian pada aneka gagasan dan perasaan anda serta siapa diri anda.
            Bersikap Terbuka Kepada Anda + Bersikap Terbuka Bagi Anda = Relasi Yang Terbuka.

2.      Manfaat Membuka Diri
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) beberapa dampak dan manfaat pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:
1.         Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
2.         Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai  diri kita. Akibatnya, Ia akan semakin membuka diri terhadap diri kita.
3.         Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat : terbuka, kompeten, ekstrover, fleksibel, adaptif dan intelegen.
4.         Pembukaan diri merupakan dasar relasi komunikasi intim dengan diri sendiri dan orang lain
5.         Membuka diri berarti bersikap realistis. Maka pembukaan diri harus jujur, tulus, dan autentik.
Sedangkan Nilam Widyarini (2009: 102-103) mengemukakan keterbukaaan diri memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara kedua belah pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan kita dapat meningkatkan hubungan dengan orang lain. Secara rinci manfaatnya adalah:
1).        Meringankan
Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Contohnya cerita tentang ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan membuka diri kita memperolah tambahan perspektif yang membantu diri sendiri.
2).        Membantu Validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita.
Dengan sudut pandang sendiri kita mungkin cendrung menggunakan ukuran yang idealis menurut diri sendiri. Bila kita mengkomunikasikan hal tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dpat dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan, tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang kita perlukan agar memahami dunia secara lebih realistis.
3).        Mengurangi ketegangan dan stress
Bila kita menghadapi tegangan dan stress karena suatu hal bila tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya bila diungkapkan kepada orang lain kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak mendapatkan jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian.
4).        Meringankan Fisik
Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh positif pada pikiran (akibat dari pengungkapan diri) berakibat pada fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stress kita berkurang, kecemasan berkurang, dan meredakan pula detak jantung dan tekanan darah. Dengan kata lain pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik selain emosi.
5).        Alur komunikasi yang lebih jelas
Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain, dan menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan kemampuan untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan demikian kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna dari orang lain
6).        Mempererat hubungan
Keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilakan kerja sama.
            3.    Kendala/Hambatan dalam Membuka Diri
Apabila seseorang mengalami hambatan untuk membuka diri, terdapat dua kemungkinan penyebab hambatan tersebut. Pertama, hambatan itu mungkin sekali disebabkan perasaan tertekan, marasa tidak berharga, dan takut mendapatkan respon yang kurang positif. Kedua, mingkin orang tersebut merasa berbeda dengan orang lain, karena pola pikirnya yang berbeda, lebih canggih atau lebih rumit, sehingga orang lain dianggap kurang memahami (Nilam Widyarini, 2009).
4.      Rambu-Rambu Dalam Pengungkapan Diri
Menurut Nilam Widyarini (2009: 100-102) ada rambu-rambu dalam pengungkapan diri agar hubungan menjadi efektif. Rambu-rambu tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Lebih mengungkapkan perasaan dari pada fakta
Bila kita mengungkapkan perasaan kita terhadap orang lain, berate kita mengizinkan orang lain mengenali siapa kita sebenarnya. Contoh informasi bagaimana kita mengembangkan hubungan dengan sauadara-saudari kita membuat orang lain memahami kita dari pada sekedar memberikan informasi bahwa kita memiliki saudara.
2)      Semakin diperluas dan diperdalam
Mungkin kita masih mempunyai perasaan tidak nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat denga kita. Untuk itu diperlukan pegembangan hubungan kearah yang lebih dalam (lebih mengungkapkan perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan berbagai isu seperti pekerjaan, keluarga, religious, dan sebagainya.
3)      Fokus pada masa kini bukan masa lampau
Bila berbagai pengalaman soal masa lalu menjelaskan kenapa dulu kita melakukan tindakan tertentu adalah bersifat katarsis (melepaskan ketegangan) tetapi dapat meninggalkan perasaan bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama bila keterbukaan tidak berlangsung timbale balik. Jadi lebih baik kita focus pada situasi sekarang.

4)      Timbal balik
Kita harus selalu mencocokkan tingkat keterbukaan kita dengan keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati jangan terlalu dini membuka diri, sebelum melewati masa-masa pengembangan hubungan yang familier. Disisi lain bila diperlukan, tidak perlu meninggu orang membuka diri. Jangan takut memulai langkah penting menjalin hubungan. Berikan contoh dan orang lain akan menyesuaikan diri . Bila orang tidak merespon secara seimbang hentikan langkah tersebut..
           5.    Pembukaan Diri Dan Ke Insafan Diri
Keinsafan diri juga merupakan langkah pertama ke arah pemahaman diri dan pembuatan keputusan apakah kita berniat mengubah pola perilaku tertentu yang kita miliki kini, ke arah pola perilaku baru yang lebih efektif. Ada dua cara untuk menjadi lebih memahami diri sendiri.
            Pertama, “mendengarkan” diri kita sendiri agar mengenal bagaimana perasaan dan reaksi kita, serta apa yang menyebabkan perasaan-perasaan dan reaksi-reaksi kita itu.
Kedua, dengan meminta umpan balik dari orang lain tentang pandangan mereka terhadap diri kita dan bagaimana reaksi mereka terhadap perilaku kita. Joe Luft dan Harry Ingham melukiskan diri kita ibarat sebuah ruangan berserambi empat yang mereka sebut Jendela Johari sesuai dengan nama depan mereka. Serambi pertama berisi hal-hal yang kita ketahui dan diketahui oleh orang lain, maka disebut daerah terbuka. Serambi kedua berisi hal-hal yang tidak kita ketahui namun diketahui oleh orang lain, maka disebut daerah buta. Serambi ketiga berisi hal-hal yang kita ketahui namun tidak diketahui oleh orang lain, maka disebut daerah tersembunyi. Serambi keempat berisi hal-hal yang tidak diketahui baik oleh diri kita sendiri maupun oleh orang lain, dan disenut daerah tak sadar.
6.      Pemahaman Diri Berkat Umpan Balik Dari Orang Lain
Umpan balik dari orang lain yang kita percaya memang dapat meningkatkan pemahaman diri kita, yakni membuat kita sadar pada aspek diri serta konsekuensi prilaku kita yang tidak pernah kita sadari sebelumnya (Jhonson, 1981).
Tujuan dari umpan balik adalah memberikan informasi konstruktif untuk menolong kita menyadari bagaimana perilaku kita dipersepsikan oleh orang lain dan mempengaruhinya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu menunjukkan kepada kita bahwa perilaku kita tidak atau belum se-efektif sebagaimana kita harapkan, sehingga kita dapat mengubahnya agar lebih efektif.
Johnson (1981) memberikan beberapa kiat untuk memberikan umpan balik yang tidak bersifat mengancam, sebagai berikut:
1.   Umpan balik kita arahkan pada perilaku, bukan pada pribadi pelakunya.
2.   Umpan balik dalam bentuk pelukisan, bukan dalam bentuk penilaian.
3.   Umpan balik pada perlaku spesifik tertentu, bukan pada perilaku yang abstrak.
4.   Umpan balik kita berikan segera, tidak ditunda-tunda.
5.   Umpan balik dalam bentuk berbagi perasaan, bukan nasihat.
6.   Umpan balik tidak dipaksakan kepada orang lain.
7.   Umpan balik tidak dipaksakan melebihi kemampuan batas untuk mencamkannya.
8.   Umpan balik diarahkan pada perbuatan yang dapat diubah oleh orang yang bersangkutan.
Pemberi dan menerima umpan balik menuntut keberanian, keterampilan, pengertian, penghargaan yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, serta rasa terlibat.Tujuan umpan balik adalah meningkatkan pemahaman diri orang lain serta perasaan bahwa dirinya dicintai, dihargai, bahwa dirinya mampu dan berharga ( Johnson,1981).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar