Arti Dan Pentingnya Pembukaan Diri
1. Pengertian Membuka diri
Sebagian
besar kegiatan komunikasi antar pribadi selalu dimulai dengan kontak disusul
dengan interaksi, lalu komunikasi dan terakhir transaksi pesan. Membuka diri
adalah awal dari kontak antarpribadi (Alo Liliweri, 2002).
Menurut
Johnson pembukaan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau
tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberi informasi
tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita
di masa kini tersebut. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain
tentang perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya,
atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Johnson,
1981).
Menurut Johnson (dalam
Supratiknya, 1995) pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka
terhadap orang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang bisa
berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan
membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain. sebagaimana tampak
dalam skema berikut:
Menyadari diri sendiri, siapa
saya, seperti apa saya. + Menerima diri sendiri, menyadari aneka kekuatan dan
kemampuan saya. + Mempercayai anda untuk menerima dan mendukung saya, bersikap
terbuka dengan saya. = Bersikap terbuka kepada anda, membagikan aneka gagasan
dan perasaan saya, dan membiarkan anda tahu siapa saya. + Menyadari orang
lain, siapa anda, seperti apa diri anda. + Menerima diri anda, menyadari aneka
kekuatan dan kemampuan anda. + Dapat dipercaya dengan cara menerima dan
mendukung anda, bekerja sama dengan anda, bersikap terbuka dengan anda. = Bersikap
terbuka bagi anda, menunjukkan perhatian pada aneka gagasan dan perasaan anda
serta siapa diri anda.
Bersikap
Terbuka Kepada Anda + Bersikap Terbuka Bagi Anda = Relasi Yang Terbuka.
2.
Manfaat Membuka Diri
Menurut Johnson (dalam
Supratiknya, 1995) beberapa dampak dan manfaat pembukaan diri terhadap hubungan
antar pribadi adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan
diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
2. Semakin kita bersikap terbuka kepada
orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, Ia akan semakin membuka
diri terhadap diri kita.
3. Orang yang rela membuka diri kepada
orang lain terbukti cenderung memiliki sifat : terbuka, kompeten, ekstrover,
fleksibel, adaptif dan intelegen.
4. Pembukaan diri merupakan dasar relasi
komunikasi intim dengan diri sendiri dan orang lain
5. Membuka diri berarti bersikap
realistis. Maka pembukaan diri harus jujur, tulus, dan autentik.
Sedangkan Nilam Widyarini
(2009: 102-103) mengemukakan keterbukaaan diri memiliki manfaat bagi
masing-masing individu maupun bagi hubungan antara kedua belah pihak. Dengan membuka
diri dan membalas keterbukaan kita dapat meningkatkan hubungan dengan orang
lain. Secara rinci manfaatnya adalah:
1). Meringankan
Berbagi dengan orang lain
mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat memberikan kondisi
psikologis yang meringankan. Contohnya cerita tentang ketidakmampuan menghadapi
ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal
itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan membuka diri kita memperolah
tambahan perspektif yang membantu diri sendiri.
2). Membantu
Validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita.
Dengan sudut pandang sendiri
kita mungkin cendrung menggunakan ukuran yang idealis menurut diri sendiri.
Bila kita mengkomunikasikan hal tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan
simpati, suportif, dpat dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya
mendapatkan persetujuan, tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih
memahami diri sendiri, yang kita perlukan agar memahami dunia secara lebih
realistis.
3). Mengurangi
ketegangan dan stress
Bila kita menghadapi tegangan
dan stress karena suatu hal bila tidak diungkapkan akan berkembang menjadi
eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya bila diungkapkan kepada orang lain kita
akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak mendapatkan jalan keluar,
setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian.
4). Meringankan
Fisik
Terdapat keterkaitan antara
pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh positif pada pikiran (akibat
dari pengungkapan diri) berakibat pada fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri
dengan orang lain, membuat stress kita berkurang, kecemasan berkurang, dan
meredakan pula detak jantung dan tekanan darah. Dengan kata lain pengungkapan
diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik selain emosi.
5). Alur
komunikasi yang lebih jelas
Dengan menunjukkan keinginan
untuk membuka diri terhadap orang lain, dan menghargai pengungkapan diri orang
lain, berarti kita meningkatkan kemampuan untuk memahami sudut pandang atau
perspektif yang berbeda. Dengan demikian kita akan lebih percaya diri untuk
mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna dari orang lain
6). Mempererat
hubungan
Keterbukaan mengembangkan rasa
senang yang semakin meningkatkan keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa
senang. Tanpa pengungkapan diri tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan
berada pada level rendah. Dengan keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan
kepercayaan dihasilakan kerja sama.
3. Kendala/Hambatan dalam Membuka Diri
Apabila
seseorang mengalami hambatan untuk membuka diri, terdapat dua kemungkinan
penyebab hambatan tersebut. Pertama, hambatan itu mungkin sekali disebabkan
perasaan tertekan, marasa tidak berharga, dan takut mendapatkan respon yang
kurang positif. Kedua, mingkin orang tersebut merasa berbeda dengan orang lain,
karena pola pikirnya yang berbeda, lebih canggih atau lebih rumit, sehingga
orang lain dianggap kurang memahami (Nilam Widyarini, 2009).
4.
Rambu-Rambu Dalam Pengungkapan Diri
Menurut Nilam Widyarini (2009:
100-102) ada rambu-rambu dalam pengungkapan diri agar hubungan menjadi efektif.
Rambu-rambu tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Lebih
mengungkapkan perasaan dari pada fakta
Bila kita mengungkapkan
perasaan kita terhadap orang lain, berate kita mengizinkan orang lain mengenali
siapa kita sebenarnya. Contoh informasi bagaimana kita mengembangkan hubungan
dengan sauadara-saudari kita membuat orang lain memahami kita dari pada sekedar
memberikan informasi bahwa kita memiliki saudara.
2) Semakin
diperluas dan diperdalam
Mungkin kita masih mempunyai
perasaan tidak nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat
denga kita. Untuk itu diperlukan pegembangan hubungan kearah yang lebih dalam
(lebih mengungkapkan perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan
berbagai isu seperti pekerjaan, keluarga, religious, dan sebagainya.
3) Fokus pada masa
kini bukan masa lampau
Bila berbagai pengalaman soal
masa lalu menjelaskan kenapa dulu kita melakukan tindakan tertentu adalah
bersifat katarsis (melepaskan ketegangan) tetapi dapat meninggalkan perasaan
bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama bila keterbukaan tidak berlangsung
timbale balik. Jadi lebih baik kita focus pada situasi sekarang.
4) Timbal balik
Kita harus selalu mencocokkan
tingkat keterbukaan kita dengan keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati
jangan terlalu dini membuka diri, sebelum melewati masa-masa pengembangan
hubungan yang familier. Disisi lain bila diperlukan, tidak perlu meninggu orang
membuka diri. Jangan takut memulai langkah penting menjalin hubungan. Berikan
contoh dan orang lain akan menyesuaikan diri . Bila orang tidak merespon secara
seimbang hentikan langkah tersebut..
5. Pembukaan
Diri Dan Ke Insafan Diri
Keinsafan diri juga merupakan langkah pertama ke arah pemahaman
diri dan pembuatan keputusan apakah kita berniat mengubah pola perilaku
tertentu yang kita miliki kini, ke arah pola perilaku baru yang lebih efektif.
Ada dua cara untuk menjadi lebih memahami diri sendiri.
Pertama, “mendengarkan” diri kita sendiri
agar mengenal bagaimana perasaan dan reaksi kita, serta apa yang menyebabkan
perasaan-perasaan dan reaksi-reaksi kita itu.
Kedua, dengan meminta umpan balik dari orang lain tentang
pandangan mereka terhadap diri kita dan bagaimana reaksi mereka terhadap
perilaku kita. Joe Luft dan Harry Ingham melukiskan diri kita ibarat sebuah
ruangan berserambi empat yang mereka sebut Jendela Johari sesuai dengan nama
depan mereka. Serambi pertama berisi hal-hal yang kita ketahui dan diketahui
oleh orang lain, maka disebut daerah terbuka. Serambi kedua berisi hal-hal yang
tidak kita ketahui namun diketahui oleh orang lain, maka disebut daerah buta.
Serambi ketiga berisi hal-hal yang kita ketahui namun tidak diketahui oleh
orang lain, maka disebut daerah tersembunyi. Serambi keempat berisi hal-hal
yang tidak diketahui baik oleh diri kita sendiri maupun oleh orang lain, dan
disenut daerah tak sadar.
6.
Pemahaman
Diri Berkat Umpan Balik Dari Orang Lain
Umpan balik dari orang lain
yang kita percaya memang dapat meningkatkan pemahaman diri kita, yakni membuat
kita sadar pada aspek diri serta konsekuensi prilaku kita yang tidak pernah
kita sadari sebelumnya (Jhonson, 1981).
Tujuan dari umpan balik adalah
memberikan informasi konstruktif untuk menolong kita menyadari bagaimana perilaku
kita dipersepsikan oleh orang lain dan mempengaruhinya. Umpan balik yang paling
bermanfaat adalah yang mampu menunjukkan kepada kita bahwa perilaku kita tidak
atau belum se-efektif sebagaimana kita harapkan, sehingga kita dapat
mengubahnya agar lebih efektif.
Johnson (1981) memberikan
beberapa kiat untuk memberikan umpan balik yang tidak bersifat mengancam,
sebagai berikut:
1. Umpan balik kita arahkan pada
perilaku, bukan pada pribadi pelakunya.
2. Umpan balik dalam bentuk
pelukisan, bukan dalam bentuk penilaian.
3. Umpan balik pada perlaku spesifik
tertentu, bukan pada perilaku yang abstrak.
4. Umpan balik kita berikan segera,
tidak ditunda-tunda.
5. Umpan balik dalam bentuk berbagi
perasaan, bukan nasihat.
6. Umpan balik tidak dipaksakan
kepada orang lain.
7. Umpan balik tidak dipaksakan
melebihi kemampuan batas untuk mencamkannya.
8. Umpan balik diarahkan pada
perbuatan yang dapat diubah oleh orang yang bersangkutan.
Pemberi dan menerima umpan
balik menuntut keberanian, keterampilan, pengertian, penghargaan yang baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, serta rasa terlibat.Tujuan umpan balik
adalah meningkatkan pemahaman diri orang lain serta perasaan bahwa dirinya
dicintai, dihargai, bahwa dirinya mampu dan berharga ( Johnson,1981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar